celotehsierik

ANAK INDONESIA ( SUDAH ) PINTAR ( ??? )

<div class="wp-caption alignnone" style="width: 458px"( foto dari : Berita Jakarta )

( foto dari : Berita Jakarta )

” Mari kita sambut … Vierra !!! ” ujar 2 pembawa acara itu secara bersamaan. Tak lama, para personel band pun muncul satu persatu. Seolah dikomandoi, para penonton yang rata-rata duduk di bangku sekolah menengah itu ….

Hooooppp …
Mari kita pause di situ.

Ramainya acara-acara TV yang bertajuk peringkat musik dengan menghadirkan musisi yang sedang naik daun, mungkin menghadirkan keuntungan untuk pihak TV, pembawa acara, dan naiknya rating RBT para musisi tersebut.
Tapi dibalik itu semua, ada satu sisi ( yang menurut gw ) gelap.
Bukan! Bukan artinya acara TV jadi monoton itu-itu aja.
Tapi penontonnya.
Kenapa penontonnya? Bukannya mereka pastinya senang bisa ketemu sama artis-artis pujaannya?
Bukan itu.
Coba kita perhatiin, berapa sih umur anak-anak itu? Paling juga umur belasan. Ring a bell ?

Ya, anak sekolah! Di jam sekolah! Tidak berada di sekolah!

Terlepas dari bukti bahwa ( mungkin ) mereka sekolah siang, well setidaknya bukankah mereka seharusnya bersiap diri sebelum berangkat sekolah? Sedikit membuka-buka buku pelajaran? Mempersiapkan PR atau tugas? Atau mungkin membantu orang tua di rumah sebelum pergi sekolah?

Sekarang mari kita kembali ke layar kaca, lihatlah mereka! Buat gw, mereka tampak dungu dengan gerakan konyol yang serempak. Dengan ” kostum “ bodoh yang menurut mereka paling keren sedunia! Bukankah di balik gerakan dan pakaian itu jelas terlihat wajah-wajah yang ( sebenarnya ) lugu. Yang mungkin lebih pantas memakai baju seragam sekolah.
Seharusnya mereka berada di kelas!
Belajar!
Bukan senam tolol!

Ok, itu di waktu pagi hari, bagaimana dengan siang hari?
Acara-acara seperti kuis menebak lirik, talkshow remaja, dan lain sebagainya. Yang ( lagi-lagi ) melibatkan anak sekolah sebagai penonton.
Hey, bukankah seharusnya kalian mengulang kembali pelajaran tadi di rumah? Atau mungkin lebih baik kalian tidur siang, supaya nanti malam kalian bisa belajar atau menyiapkan PR? Dan buat yang tadi dengan alasan sekolah siang, sekarang apa alasannya?

Untuk malam hari, gw sedikit kaget waktu seorang pemain dari sebuah acara komedi dengan bangga mengumumkan bahwa penontonnya adalah rombongan dari salah satu sekolah menengah kota Bandung, dan sebuah acara talkshow yang kedatangan penonton dari sekolah menengah kejuruan Jakarta.
Kapan kalian belajar, dik?!
Apalagi yang jauh-jauh datang ke stasiun di Jakarta dari luar kota. Kapan kalian istirahat? Sudahkah membuat PR? Besok kalian sekolah!

* inhale … exhale … goosfrabaaaaa … zen! *

Siapa sih yang salah?
Apa yang salah?

Hey, para pekerja pertelevisian Indonesia, dengan acara yang jauh lebih mendidik, gw rasa, bukan berarti kalian akan kehilangan rating! Apalah artinya rating jika negara kita semakin bodoh! ( Hoy, ini juga berlaku buat lo, sinetron )
Pemerintah, ah, mungkin gw sedikit pasrah untuk minta bantuan dari mereka. Bukannya skeptis, tapi melihat kinerja para wakil rakyat yang kerjaannya tidur atau titip absen, gw rasa argumen gw cukup beralasan.
Buat para guru, perbekal diri kalian dengan lebih hebat lagi. Supaya anak-anak betah belajar. Ah, gaji kecil jangan dijadikan alasan. Gaji kecil itu hanyalah permainan mereka yang duduk ongkang-ongkang kaki. Tai Kucing!. Sudahlah, ini perjuangan kalian untuk memperpandai bangsa. Gaji boleh kecil, bos! Tapi kalau kalian ikhlas, Gw yang berani tarohan, Surga lah gaji kalian nanti! Pasti!

Ah sudahlah! Gw bukan orang hebat ko. Gw cuman sok jagoan. Gw juga sebenernya ga tau harus gimana. Bukan menggurui, karena gw juga ga pinter2 amat.
Tapi, buat adik-adik sekolah yang rajin nongol di TV, tolonglah ‘dik! Pas nanti gw mulai tua, mungkin salah satu dari kalian yang jadi presiden nanti.
Apa? Amin?
Ngga’ cukup kalo cuman ” Amin ” doang! Kalian harus belajar! Pintar!
Jangankan jadi presiden, bisa lulus sekolah aja kalian udah sukur kalo kerjaan tiap hari cuman nonton itu-itu lagi.

Ayo anak Indonesia! Pintarlah kalian!

Demi Indonesia yang PINTAR!

Categories: celotehsierik, sierikdanrealita | Leave a comment

Stop Using Autism on our jokes…(BB USERS..READ THIS)

Autism is about having a pure heart and being very sensitive… It is about finding a way to survive in an overwhelming, confusing world… It is about developing differently, in a different pace and with different leaps

Siang itu aku sibuk membaca buku resep makanan khusus untuk anak autistik. Ya, Anakku memang tidak bisa makan sembarang makanan. Salah-salah… anakku bisa berputar-putar seperti gasing jika ada zat dalam makananya yang tidak cocok untuk dikonsumsi oleh anakku.

Ditangan sebelah kiri, ada buku Food diary anakku… yang aku tulis sejak pertama kali dia kuperkenalkan pada makanan padat… berisi apa saja yang dia cocok untuk tubuhnya,… reaksi alergynya dan mana saja makanan yang tidak cocok dan menyebabkan dia overwhelmed. Kebayang gak?…Di usia 4 bulan misalnya, kuberikan jeruk bayi pada anakku,… Eh, gak lama kemudian dia muntah dan seluruh tubuhnya seperti dipenuhi… ULAT BULU… hiiii…

Pernah aku beri dia tomat. Tapi kemudian, berhari-hari dia diare dan uring-uringan. Kuberi dia susu instant,… anakku malah jingkrak2, Mengepak-ngepakkan tangannya, persis seperti orang gila!!! Dia berputar-putar tanpa merasa lelah,… dan kemudian mengamuk ketika tidak mengerti bagaimana cara mengendalikan tubuhnya yang tidak mau diam.

Ahhh, sudahlah… life must go on anyway. Kulirik sekali lagi food diarynya… hmm, hari ini aku harus mencoba memberinya 5ml putih telur tanpa kuningnya, karena 7 hari yg lalu, dia sudah sedikit kebal ketika kukenalkan pada telur ayam ini. Baru saja hendak memasak, tiba2 kudengar jeritannya…Kucari anakku, tapi tidak kutemukan.

Aku keruang setrika… dan disana kutemukan anakku sedang nangkring diatas lemari, dengan setrika panas yang baru saja dicabut oleh BS-nya karena kupanggil untuk membantuku memasak. Setrika panas ini masih nempel diatas punggung tangan kirinya.!!!

Oh… My… God!!! *panik*

Dari punggung tangannya mengepul asap. Bau daging panggang begitu segar menempel dihidungku. Kuangkat setrika itu dari tangannya… dan, aduh Tuhan, aku tidak kuat melihatnya. Sebagian dagingnya menempel dibalik gosokan panas itu… ( ( (

AAAAAARRRRGGGHHHH…

Sumpah kalau saja ini bukan anakku,… Aku pasti sudah mati berdiri karena ketakutan… Melihat daging dari punggung tangannya, yang menempel pada setrika itu… itu sudah berubah menjadi putih kekuningan… Dan luka di tangannya… juga sudah berubah menjadi putih seperti daging ayam matang (

Aku menjerit sekencang-kencangny a… Kupanggil Baby sitternya yang tadi aku suruh untuk membantuku didapur… lalu dengan kesetanan, ku kebut mobilku ke UGD Rumah Sakit, untuk dirawat secara intensif. Begitu anakku segera tertangani… tiba2 aku kehilangan seluruh tenagaku.

AKU PINGSAN!!!

* * *

Hari itu, lagi-lagi aku sedang mempersiapkan makanannya. Memang, Khusus untuk makanannya, aku memutuskan untuk memasak sendiri, karena hanya aku yang tahu berapa gram atau mililiter… porsi makanan yang masih bisa ditoleransi oleh tubuh anakku.

Sedang membersihkan kompor yang kecipratan makanan… tiba-tiba, lagi-lagi kudengar bunyi benda jatuh. GEDEBUK!!!…Buru-buru kucari sumber suara itu, memastikan bahwa itu bukan anakku…
Damn. Oh Tuhan… lagi-lagi anakku, dia baru saja terjatuh dan sepertinya kepalanya terantuk pada pinggir tembok, sehingga kepala sobek dan berdarah. Dia masih berusaha berdiri, meskipun sempoyongan…. Dan sambil berjalan, dial menggaruk luka di kepalanya yang bocor… Sementara darahnya terus aja mengucur deras, tepat di belakang otak kecilnya.

Tangannya berlumuran darah… Punggung bajunya pun juga sudah berubah menjadi merah oleh darah. Tapi dia tidak menangis… Dia hanya berjalan sambil menggaruk luka menganga yang ada dibelakang kepalanya. Aku menjeritttt sekuat2nya. Kepalanya kututupi dengan lap kompor yang tadi aku pegang.

Tapi itupun gak lama… karena dalam sekejap, lap kompor itu sudah berubah menjadi merah kehitaman. Aku berteriak panik,… “mbak, minta handuk… handuk…CEPATTTT!!!” Dan lagi2 kukebut mobilku ke rumah sakit, langsung menuju UGD. Disana, dokter yang sudah terbiasa menangani anakku sudah siap menunggu dan segera menjahit kepala anakku.

Dia tidak menangis… hanya minta sesuatu yang bulat untuk dia pegang. Dan setelah dijahit dengan 8 (delapan) jahitan… Hatikupun sedikit lega. Seluruh persendianku serasa dicopot dari tubuhku, dan tanpa sadar…Lagi-lagi aku…PINGSAN..

* * *

Terlalu banyak cerita haru dan berurai airmata yang kami harus jalani. Berkali-kali jantung kami harus terpacu 100x lipat manakala mereka melakukan hal-hal yang tanpa mereka sadari mencelakai diri mereka sendiri.

Tapi ini bukan keluhan kok,… karena saya selalu sadar…. Tuhan itu ARSITEK YANG AGUNG. Karyanya tidak pernah gagal. Tidak satupun makluk yang diciptakannya, yang merupakan produk gagal Jadi ketika dia menciptakan seorang bayi yang memiliki kekurangan, dia tidak pernah lupa untuk menitipkan KELEBIHAN pada anak ini.

So, buat semua orang tua, berhentilah mengeluhkan kekurangan anak kita… mari bantu mereka untuk menemukan kelebihan mareka. Anakku memang Autistik, tapi aku bangga setiap kali menceritakan bahwa anakku autis. Aku bangga setiap kali menceritakan bagaimana proses menangis berdarah-darah itu, sudah Tuhan rubah menjadi Senyum sukacita dan bangga yang luar biasa.

Selalu ada haru yang menyesakkan dadaku, manakala mendengarkan tangan2 mungilnya menari2 dengan lincah diatas tuts2 piano,… mendengarnya bercakap2 dalam bahasa Inggris,… seolah yang kudegar ini adalah anak bule asli… yang nyasar dalam tubuh putriku.

Namun, dibalik itu… Walaupun bangga… selalu tersisa rasa risih dan tidak nyaman, kalau tidak ingin dibilang tersinggung… manakala mendengar orang-orang bercanda dengan menggunakan kata “Autis”.
Minggu yang lalu sahabat saya menyelenggarakan pesta ultah disebuah resto terkenal, salah satu teman kami, sibuk dengan BB-nya, sehingga teman yang lain menegur begini…

“Tuh,… liat tuh sill… autis banget khan dia…? KAYAK ANAK LOE khan?… Loe marahin deh Sil… marahin Sil… Coba loe terapi dulu nih dia,… biar sembuh kayak anak loe”

Dan semua lalu tertawa terbahak-bahak…

Saya??? hmmm… Cuma bisa senyum kecut, karena tidak ingin merusak suasana Pesta Ulang Tahun sahabat saya… *doh*

Well, saya tahu mereka hanya bercanda, namun biar bagaimanapun,… Saya sudah merasakan dan tahu betul sulitnya membesarkan anak autistik.

Semoga artikel ini semakin mencerahkan teman-teman mengapa orang sepertinya terlalu over campaign dengan gerakan “Stop Using Autism on our daily jokes” ini. Semoga berkenan.

=Written by A mother of an Authistic Child=

Categories: celotehsierik, sierikdanrealita | Leave a comment

SAYA CINTA BASKET INDONESIA

<div class="wp-caption alignnone" style="width: 598px"Season 1996-1997

Season 1996-1997

Terkadang gw suka ngerasa miris kalo mau ngangkat topik pembicaraan tentang perbasketan tanah air di sela-sela obrolan bersama teman. Rata-rata mereka sedikit malas, ataupun dengan alasan udah ga update lagi, hanya angkatan-angkatan lamanya saja yang mereka tau, itupun sudah pensiun.

Gw cuman bisa mencibir, cinta mereka terhadap basket sangat dangkal.

Ok, apa gw terlalu freak, dengan menghabiskan masa-masa remaja gw dengan menghapal para pemain basket, baik itu lokal, ataupun NBA. Tapi gw rasa ga berlebihan. Ini bentuk kecintaan gw terhadap basket.
Alih-alih bisa berdiskusi atau sekedar berbincang, gw cuman bisa nyampah di situs jejaring sosial seperti twitter karena kurangnya teman bertukar pikiran dalam topik yang sama.

Besar harapan gw kalo suatu saat terdengar obrolan-obrolan ringan seputar NBL ( National Basketball League ), di sudut-sudut cafe, perdebatan seru di halte busway tentang perpindahan pemain, dan lain lain.

Gw yakin, cita-cita gw bukan cuman isapan jempol biasa. Ya, gw punya sebuah ide ( kalo boleh dibilang sih ” IDE GILA ” 😛 ). Here’s the deal…

Mungkin sebagian dari kita ada yang masih ingat kalo gw nyebut nama PANINI. Mungkin sebagian dari kita juga ada yang terkena demam mengumpulkan stiker pemain-pemain NBA untuk melengkapi album collectionnya di masa waktu 1993 hingga 1995 ( 2 musim kompetisi ).
Ya, PANINI yang itu.

Mungkinkah ide ini diadopsi oleh pengurus-pengurus NBL bagian promosi? Sini gw bisikin … ” Kenapa engga’ ?
Dengan pangsa pasar anak SD hingga SMA, dan ( mungkin ) ditambah iming-iming hadiah, bukan tidak mungkin semakin banyak adik-adik kita yang mengenal roster, cadangan, statistik, dari para pesohor basket tanah air. Para pengumpul stiker ini mungkin awalnya hanya diawali oleh pecinta basket saja, tapi kita tidak pernah tau seberapa hebat kekuatan ” demam “. Gw akui, dulu lebih menyukai sepakbola dan renang. Ketika itu gw ngeliat teman-teman bertukar stiker, yang lama lama bikin gw penasaran sampai akhirnya gw ikut ngumpulin. Dan akhirnya, selain kebanggaan karena berhasil melengkapi seluruh slot stiker ( Damn, gw bener-bener ngarepin dapet hadiah sepatu Nike-nya Charles Barkley :p ), gw jadi hapal semua pemain NBA. Bukan sekedar Michael Jordan saja, tapi hingga siapa itu Scott Skiles, Popeye Jones, Jamal Mashburn, gw bisa nyebutin statistiknya. Gw kenal, makanya gw sayang. Dan akhirnya gw berani bilang, sekarang gw LEBIH basket daripada temen gw yang dulu ikut ekskul basket. Gw yakin, adik-adik kecil yang sekarang sudah suka basket, dengan adanya IDE GILA gw, mereka bisa memberi efek pada teman lainnya yang belum suka, dan bukan tidak mungkin banyak ” GW ” yang baru :p.

PANINI NBL 2010-2011. Wuidiiiih, merinding gw dengernya. Ngebayangin di lembar tim Garuda, adik-adik kecil kita nempelin stiker Andre Tiara, atau siapapun jagoan mereka masing-masing. Dan mereka mulai bertukar informasi tentang seputar pemain dll. Mereka kenal, mereka sayang. Bukan saja pemain yang terkenal yang jadi idola. Seperti gw yang memilih Reggie Miller sebagai idola daripada Michael Jordan. Di era keemasan Romy Chandra dan Antonius Djoko, gw milih Suko Daryono jadi jagoan gw. Begitu juga ketika semua mata tertuju pada kehebatan si lokomotif Lolik, gw lebih menyenangi perkembangan pemain muda Andi Poedjakesuma yang lebih dikenal dengan Andi Batam dan dengan yakin gw berani memprediksi bahwa dia akan ” berbicara ” banyak di perbasketan tanah air.
Hey, udah gw bilang kan sebelomnya, ini hanya sebuah ide gila? :p.

Oke kembali ke ide gila ini, untuk hadiah, memang PS3 jauh lebih menggiurkan, tapi gw lebih suka jika pemilihan hadiah oleh panitia tertuju pada “kebanggaan”. Sebutlah jersey dengan tandatangan, tiket terusan satu tahun kompetisi, sepatu Basket, bola basket, dll. Tepat sasaran.
Sekali lagi, ini ide gila gw :p.

Kepada pengurus NBL, gw menaruh harapan besar dipundak kalian, dan gw yakin, kalian punya program-langkah-rencana besar untuk memasarkan NBL dengan cara yang ” sedikit lebih wajar ” daripada ide gila gw. Tapi gw yakin, kita satu visi dan misi. Membayangkan ketika mereka-mereka ( generasi muda basket Indonesia ) ini beranjak dewasa, ngobrol di cafe-cafe, di sudut kantin sekolah, di dalam angkot,tentang dunia basket.
Mereka kenal, maka mereka sayang, tentang dunia basket.
BASKET TANAH AIR.
INDONESIA.

Satukan langkah, rapatkan barisan,
Jayalah Basket Indonesia.

( didedikasikan untuk ” ring basket ” Mesjid Ar-Rahman Komplek Guruminda Bandung yang menjadi lembaran awal di kehidupan basket gw. 😀 )

Categories: celotehsierik, sieriksukabasket | 4 Comments

ADIK-ADIK KITA : GENERASI RAWAN!

Angsana, Rumbai, Caltex Camp

Angsana, Rumbai, Caltex Camp

A. PAGI YANG MENGGELITIK

Pancasila…Satu…Kemanusiaan yang adil dan beradab…

Sama kaya kalian, gw juga kaget. Anak kelas 4 SD, gw ulang lagi, anak kelas 4 SD, dengan lantangnya menyebutkan isi sila pertama dari Pancasila dan salah. Anak ini bukan sedang dites lisan di depan kelasnya, ataupun lagi ngobrol sama temen sekelasnya.
Tapi ini di acara kuis yg disiarkan oleh salah satu stasiun TV swasta.
Saya yakin, orangtua, guru, keluarga, teman, bahkan beribu pasang mata menyaksikannya.

B. GENERASI MUDA BANGSA
Berjuta-juta pertanyaan yang diawali dengan kata tanya-Kenapa-.Kenapa ini bisa terjadi, kenapa si anak kecil itu malah nyebutin isi sila ke 2, kenapa, kenapa dan kenapa.

1. Public Speaking
Pernah ga kalian ngeliat anak bule diwawancara sama reporter. Ketika ditanya, let say, tentang isi kebun binatang, kenapa dia suka kesana, dan lain-lain, dia menjawab semua itu dengan tidak singkat, bukan jawaban berupa “iya” dan “tidak”. Mereka sudah memiliki pola kalimat sejak dini. Jadi ketika bertemu kamera, merekapun terbiasa dengan jawaban “Saya suka ke kebun binatang KARENA …bla bla bla”. Bandingkan dengan adik-adik kita yang ketika diwawancara nampak seperti didikite, dengan tatapan ketakutan, gugup, dan pasif. Ketika wawancara, sering kita temuin percakapan seperti ini. “Adek, adek SUKA ke kebun binatang?”, dijawab “SUKA”. “Kenapa?”(Sampai sini gw masih berharap adik kecil itu berkreasi dengan kata-kata). “…..”,dia tidak menjawab. Reporter pun menolongnya dengan contekan “Suka binatangnya YA?”, akhirnya dia menjawab “IYA”. Pesan (yang mungkin) tersembunyi apa yg didapat oleh bocah-bocah lainnya yg menyaksikannya di rumah? Rasa gugup di depan kamera. So, mungkin sedikit wajar ketika tau seluruh moncong kamera menghadap ke arahnya, seluruh mata melihatnya, dan di sini gw masih berbaik sangka bahwa sebenernya dia tau jawabannya, hanya saja dia gugup.
Gimana caranya buat ngelatih adek-adek kita buat lancar ngomong di depan orang-orang, kamera, atau sesuatu dalam bentuk formil?

2. Salah siapa hayoooo?
Ok,tadi gw masih berbaik sangka, tapi gimana kalo itu anak bener-bener ga tau? Salah siapa?
Guru? Aah, gw yakin mereka udah ngajarin dan nyuruh ngapalin, nanti dites, dikasi nilai. Tapi ya sampe situ aja. Ga ada aksi lanjutan.
Lalu? Siapa lagi?
Orang tua? Bukannya skeptis, tapi orang tua jaman sekarang makin sibuk. Nyuruh anak belajar. Anak masuk kamar. Percaya, dikira belajar. Pak, Bu, dampingi mereka! Gw pernah baca, seorang ibu baru tau, ternyata anaknya yg udah duduk di kelas 6 SD masih dieja. Ada lagi anak kelas 3 SMA yg ga bisa baca bilangan, dan menyebut RP.10.001.000 dengan “Seribu seribu rupiah”. Miris!
Di masa SD, sekitar kelas 2-3, gw akuin cuman 1 permasalahan/kendala yg gw dapetin tentang Pancasila. Ya, bener. Sila ke-4! Kepanjangan. Susah ngehapalnya. Tapi hanya hitungan menit gw bisa menghapalnya.
Ok, siapa lagi nih yg bisa kita salahin? Si anaknya sendiri juga kenapa ga ngapalin sih? Jaman dulu sih ga terlalu banyak fasilitas yg bikin gw teralihkan dr pelajaran. Jaman sekarang, rental PS di mana-mana, Mall ngejamur, belom bahaya di dalem rumah yaitu TV ( gw heran anak-anak sekarang lebih jago ngikutin cara bicara di sinetron, daripada bahasa Indonesia yg bener! So, kalo kalian punya ponakan yg cara ngomongnya ke-sinetron-sinetron-an, jauhin dari gw, gw ringan tangan untuk hal ini:P )
Buat catatan, waktu gw kecil, tiap malem gw tidur bareng Aki (Kakek; Sunda). Di kamar yg ga terlalu gede itu ada sebuah peta buta Indonesia menempel di dinding, globe usang di meja samping ranjang, dan buku atlas yang sampulnya udah lusuh. Gw baru boleh tidur KALAU: 1. Tepat menebak 3 lokasi yg dipilih secara acak menggunakan jarum dart yg Aki lempar di atas peta buta. 2. Tepat menunjukan letak suatu negara pada globe yang Aki minta, dengan petunjuk yang HANYA berupa bendera ( yang ada di halaman belakang buku atlas ). Jadi gw harus nebak itu bendera apa, dan berada di mana.
Jika benar, gw boleh tidur, tapi sebelomnya, favorit gw nih, Aki bakal bercerita pengantar tidur tentang negara yg tadi udah ditunjuk.
Seandainya setiap anak punya sosok pengajar seperti Aki, gw yakin, Pancasila bukan lagi suatu masalah. Malah dari kecil udah tau apa itu terusan Suez atau terusan Panama, tentang Inca-Maya, tentang Perang Dunia, dll.

Tetapi kita mesti buka mata, dengan kecanggihan Playstation, kemeriahan Mall, kelucuan SpongeBob-Avatar-Naruto di layar TV, sulit ditandingi oleh seonggok buku pelajaran. Adalah tugas kita, Kakak, Guru, Orang tua, dan seluruh elemen yg dilewati phase pertumbuhan adik-adik kecil calon penerus bangsa.
Mereka adalah titipan.
Mereka adalah penerus.
Jika Pancasila saja mereka ga tau, bagaimana mereka memimpin negeri ini nanti!
Ayo belajar,de’!
Ayo membaca,de’!

Selamat Hari Anak Indonesia

Didedikasikan untuk Purn.Ating Suratin (alm)
15-09-1925 – 23-08-2005

Superhero-Guru-“Perpustakaan”-Aki sekaligus sahabat

Nuhun ‘Ki, erik ngintun Al-Fatihah ti dieu!

Categories: celotehsierik | 2 Comments

Create a free website or blog at WordPress.com.